Loading...
 
Siap menjadi misionaris?


Kongregasi
Bruder Budi Mulia Indonesia

Sejarah Kongregasi BM

Image
Bruder Budi Mulia (Keluarga Vinsensian Indonesia)

Cikal Bakal

Kongregasi Budi Mulia didirikan oleh seorang imam praja yang bernama Stefanus Modestus Gloriuex. Ia lahir pada tanggal 3 Mei, tahun 1802, di Sint Denis, dekat Kortrijk, Belgia. Stefanus Modestus Glorieux mempunyai yang berbunyi: “ia akan menyelamatkan nyawa orang-orang miskin, dan mereka akan memuliakan Allah dalam paduan suara”. Glorieux mempunyai semangat tujuh pilar dan diatas tujuh pilar ini ia akan membangun jembatan menuju Allah dan sesama. Tujuh pilar itu berbunyi:

100

Years (1926-2026)

1. Hidup bertakwa

2. Berulang kembali doa

3. Rajin belajar

4. Selalu memberi teladan yang baik

5. Tahu batas dalam makan dan minum

6. Suka memberi derma

7. Tak pernah lelah bekerja dalam kebun anggur Tuhan

Have any questions? +62-(021) 421 9055

Stefanus Modestus Glorieux mempunyai pengalaman akan Allah, tersentuh oleh firman allah, yang menjadi visi pribadinya yaitu: “ia telah mengutus aku untuk mewartakan kabar gembira kepada orang-orang miskin dan untuk membebaskan orang tawanan”. (bdk Luk 4:18:19) Dalam tugas perutusannya ia mempunyai komitmen sebagai berikut ini: Aku hidup tidak untuk diriku sendiri tetapi untuk orang lain, untuk orang-orang miskin dan untuk semua orang yang tertindas. “Glorieux mempunyai kharisma untuk melayani “Orang kecil”.

Lahirnya Kongregesi BM. Setelah ia dilahirkan menjadi Imam Glorieux ditempatkan di Paroki Ronse, sebagai imam pembantu. Pada waktu itu masyarakat Paroki Ronse menderita kemiskinan di segala bidang, yaitu kemelarataan, terjangkit macam-macam penyakit, kejahatan, kebobrokan moral, kekerasan, penggangguran, pencurian dan perampokan. Semuanya itu akibat perang revolusi Prancis. Untuk mengatasi hal-hal inilah Glorieux mendirikan Kongregasi Budi Mulia, untuk kaum laki-laki dan Kongregasi Suster Belas Kasih, untuk kaum Perempuan. Tanggal 25 November 1830 merupakan hari kelahiran Kongregasi Budi Mulia yang berempat tinggal di Ronse, Belgia. Pada tahun 1844, Negeri Belanda, dilanda kemiskinan, kebodohan dan timbul aneka penyakit. Kongregasi merasa terpanggil untuk melebarkan sayap pelayanannya kesana. Banyak bruder dikirim kesana untuk mereka yang menderita. Karya ini menarik banyak pemuda katolik untuk bergabung ke dalam Kongregasi Bruder jumlah anggota makin bertambah besar.

Dari Belanda ke Indonesia. Indonesia dijajah oleh Belanda banyak tentara Belanda yang bertugas di Indonesia menikah dengan gadis-gadis pribumi. Mereka melahirkan anak-anak Indo. Tetapi mereka yang telah menyelesaikan tugas, segera kembali ke negerinya. Mereka meninggalkan anak-anak dan istri mereka, meskipun ada juga yang membawa pulang anak dan istrinya ke Belanda. Akibatnya banyak anak Indo yang yatim dan piatu terlantar, Broken home. Masyarakat di kota Bogor, yang pada zaman penjajahan disebut Buitenzorg, tidak mau menerima anak-anak semacam itu. Pada tahun 1886, Pastor M.J.F Claeessens Pr, mendirikan Yayasan Vincentius, untuk menampung dan mengasuh anak-anak Indo yang broken home itu, khusunya untuk anak laki-laki. Pastor ini hanya mampu mengurus sampai tahun 1907 kemudian diserahkan kepada pimpinan gereja(uskup) di Jakarta, yang pada waktu itu disebut Batavia. Pastor Van Velsen, Vikaris Apostolik di Apostolik Jakarta, juga mengurus Panti Asuhan Vincentius di Bogor. Pekerjaan di rasa ini terlalu berat, maka ia minta bantuan tenaga Bruder Budi Mulia di Belanda. Setelah dipertimbangkan secara masak Bruder ke Bogor sebagai misionaris, dengan tujuan mengurus anak-anak Indo yang telah dihimpun dan ditampung di Panti Asuhan Vincentius. Patung pelindungnya, yaitu Santo Vincentius masih ada yang menghadap kejalan Kapten Muslihat. Pada tanggal 11 Juni 1926, tujuh Bruder tersebut berangkat ke tempat tugas dengan naik kapal laut INSULINDE. Setelah berlayar dan bertempur melawan gelombang laut yang kadang-kadang sangat menakutkan, maka pada tanggal 4 Juli 1926, berlabuhlah mereka di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan langsung menuju Bogor. Maka pada tanggal 4 Juli 1926 merupakan titik awal atau kelahiran karya misi Bruder Budi Mulia di Indonesia.

Dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan di asrama Panti Asuhan, perkembangan selanjutnya sebagai berikut: