Kongregasi Budi Mulia didirikan oleh seorang imam praja yang bernama Stefanus Modestus Gloriuex. Ia lahir pada tanggal 3 Mei, tahun 1802, di Sint Denis, dekat Kortrijk, Belgia. Stefanus Modestus Glorieux mempunyai yang berbunyi: “ia akan menyelamatkan nyawa orang-orang miskin, dan mereka akan memuliakan Allah dalam paduan suara”. Glorieux mempunyai semangat tujuh pilar dan diatas tujuh pilar ini ia akan membangun jembatan menuju Allah dan sesama. Tujuh pilar itu berbunyi:
Stefanus Modestus Glorieux mempunyai pengalaman akan Allah, tersentuh oleh firman allah, yang menjadi visi pribadinya yaitu: “ia telah mengutus aku untuk mewartakan kabar gembira kepada orang-orang miskin dan untuk membebaskan orang tawanan”. (bdk Luk 4:18:19) Dalam tugas perutusannya ia mempunyai komitmen sebagai berikut ini: Aku hidup tidak untuk diriku sendiri tetapi untuk orang lain, untuk orang-orang miskin dan untuk semua orang yang tertindas. “Glorieux mempunyai kharisma untuk melayani “Orang kecil”.
Lahirnya Kongregesi BM.
Setelah ia dilahirkan menjadi Imam Glorieux ditempatkan di Paroki Ronse, sebagai imam pembantu. Pada waktu itu masyarakat Paroki Ronse menderita kemiskinan di segala bidang, yaitu kemelarataan, terjangkit macam-macam penyakit, kejahatan, kebobrokan moral, kekerasan, penggangguran, pencurian dan perampokan. Semuanya itu akibat perang revolusi Prancis. Untuk mengatasi hal-hal inilah Glorieux mendirikan Kongregasi Budi Mulia, untuk kaum laki-laki dan Kongregasi Suster Belas Kasih, untuk kaum Perempuan.
Tanggal 25 November 1830 merupakan hari kelahiran Kongregasi Budi Mulia yang berempat tinggal di Ronse, Belgia.
Pada tahun 1844, Negeri Belanda, dilanda kemiskinan, kebodohan dan timbul aneka penyakit.
Kongregasi merasa terpanggil untuk melebarkan sayap pelayanannya kesana. Banyak bruder dikirim kesana untuk mereka yang menderita. Karya ini menarik banyak pemuda katolik untuk bergabung ke dalam Kongregasi Bruder jumlah anggota makin bertambah besar.
Dari Belanda ke Indonesia.
Indonesia dijajah oleh Belanda banyak tentara Belanda yang bertugas di Indonesia menikah dengan gadis-gadis pribumi. Mereka melahirkan anak-anak Indo. Tetapi mereka yang telah menyelesaikan tugas, segera kembali ke negerinya. Mereka meninggalkan anak-anak dan istri mereka, meskipun ada juga yang membawa pulang anak dan istrinya ke Belanda. Akibatnya banyak anak Indo yang yatim dan piatu terlantar, Broken home.
Masyarakat di kota Bogor, yang pada zaman penjajahan disebut Buitenzorg, tidak mau menerima anak-anak semacam itu.
Pada tahun 1886, Pastor M.J.F Claeessens Pr, mendirikan Yayasan Vincentius, untuk menampung dan mengasuh anak-anak Indo yang broken home itu, khusunya untuk anak laki-laki. Pastor ini hanya mampu mengurus sampai tahun 1907 kemudian diserahkan kepada pimpinan gereja(uskup) di Jakarta, yang pada waktu itu disebut Batavia.
Pastor Van Velsen, Vikaris Apostolik di Apostolik Jakarta, juga mengurus Panti Asuhan Vincentius di Bogor. Pekerjaan di rasa ini terlalu berat, maka ia minta bantuan tenaga Bruder Budi Mulia di Belanda. Setelah dipertimbangkan secara masak Bruder ke Bogor sebagai misionaris, dengan tujuan mengurus anak-anak Indo yang telah dihimpun dan ditampung di Panti Asuhan Vincentius. Patung pelindungnya, yaitu Santo Vincentius masih ada yang menghadap kejalan Kapten Muslihat.
Pada tanggal 11 Juni 1926, tujuh Bruder tersebut berangkat ke tempat tugas dengan naik kapal laut INSULINDE. Setelah berlayar dan bertempur melawan gelombang laut yang kadang-kadang sangat menakutkan, maka pada tanggal 4 Juli 1926, berlabuhlah mereka di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan langsung menuju Bogor. Maka pada tanggal 4 Juli 1926 merupakan titik awal atau kelahiran karya misi Bruder Budi Mulia di Indonesia.
Dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan di asrama Panti Asuhan, perkembangan selanjutnya sebagai berikut:
Para Bruder mulai bekerja di Panti Asuhan ST. Vincentius. Pendidikan di sekolah bagi anak-anak panti, mengikuti program pendidikan pemerintah Belanda, yaitu Sekolah Rakyat (SD) dijalan Paledang, Bogor. Jumlah mereka 220 orang.
Bruder mulai bekerja di Panti Asuhan
Datanglah 4 orang Bruder guru dan orang awam untuk mengajar pada yayasan Vincentius, karena anak-anak pasti memadati sekolah Pemerintah dijalan Paledang dan mereka banyak yang nakal, maka pemerintah menganjurkan Bruder untuk membangun sekolah sendiri. Kesempatan yang baik ini merupakan peluang bagi para bruder dan segera mendirikan gedung di belakang Panti Asuhan.
Bruder guru dan orang awam mengajar pada yayasan
Dilaksanakan pemberkatan gedung sekolah yang telah dibangun oleh para Bruder dengan dana swadaya dan bantuan pemerintah Belanda.
Pemberkatan gedung sekolah
Dengan Yayasan Lourdes (Lourdes Stichting), yang kemudian menjadi Budi Mulia mulai membuka sekolah SMP Van Lith. Suatu sekolah untuk anak-anak Indonesia (khusus anak laki-laki).
Membuka Sekolah SMP
Budi Mulia membuka sekolah di Mangga Besar, suatu sekolah untuk anak-anak Cina, maka ada dua sekolah yaitu Gunung Sahari dan Mangga Besar terdiri dari dua sekolah paralel untuk putra dan putri. Dalam tahun ini juga dimulai pendidikan calon Bruder dikota Bogor, yaitu Novisiat. Dua calon ini berasal dari anak-anak panti yaitu : Br. Angelus Manopo dan Br. Mateus, yang dibimbing oleh Br. Joel.
Dimulai pendidikan calon Bruder dikota Bogor
Mulai mengelola SD di Pangkal Pinang. Suatu sekolah untuk anak-anak Cina dan 1935 mulai membuka Sekolah di Sungailiat, untuk anak-anak Cina, sekarang dikelola oleh yayasan Tunas Karya.
Mengelola Sekolah di Pangkal Pinang dan Sungailiat
Dalam tahun ini banyak peristiwa penting dalam Kongregasi. Di Pangkalpinang mulai membuka Panti Asuhan untuk orang-orang jompo keturunan Cina yang berjumlah 120 orang.
Panti Asuhan Jompo
Tahun 1940, Lourders Stichting diubah menjadi Glorieux Stichting, yang berbadan hukum. Tgl 8 Desember 1941, mulai pecah perang Pasifik
Menjadi Glorieux Stichting
Tgl 2 Maret 1942, Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Pada bulan April, semua Bruder Belanda di Pangkalpinang, di tangkap oleh Jepang dan penjarakan, hanya 2 orang Bruder Indonesia: Br. Angelus dan Br. Mateus boleh melanjutkan pekerjaannya. Pada September 1943, semua Bruder dipenjarakan oleh tentara Jepang mereka hidup dalam penjara Jepang.
Semua Bruder dipenjarakan
Tgl 15 Agustus 1945, 8 orang bruder meninggal karena kelaparan dalam penjara jepang. Delapan orang bruder kembali ke Belanda untuk berobat, bagi mereka yang masih kuat boleh di Indonesia. Pada tanggal ini jepang di bom atom.
Beberapa Bruder kembali ke Belanda
Semua sekolah yang diduduki oleh tentara Jepang dikembalikan ke bruder meskipunnya brudernya tinggal dua orang. Dalam tahun ini Mgr. Willekens, Uskup jakarta, mengunjungi komunitas Gunung Sahari dan menyarankan supaya membuka kursus tentang TATA BUKU GLORIEUX.
Semua sekolah dikembalikan ke bruder
Dibuka Panti Asuhan putera di Lenteng Agung, Jakarta; untuk anak-anak terlantar akibat kemerdekaan yang berkeliaran dikota jakarta mereka dikumpulkan dan dididik di asrama. Bruder Budi Mulia mendirikan sekolah untuk mereka dan anak-anak kampung di sekitarnya, kareka mereka putera semua, maka diberi nama DESA PUTERA. Mereka diajari untuk bertukang kayu menjahit, menjilid buku dan bengkel besi pekerjaan menjiid buku berkembang pesat hingga sekarang menjadi percetakan DESA PUTERA. Tgl 18 januari 1948 di Bogor mulai dibuka Sekolah menengah pertama (SMP) dan tahun 1949, beberapa Bruder kembali ke Sukabumi untuk mengajar di SMP.
Panti Asuhan Lenteng Agung dibuka
Mulai membuka rumah sakit Sanatorium di Sungailiat Bangka untuk orang-orang TBC. Pada tahun 1969 rumah sakit ini diserahkan kepada jawatan kesehatan karena tidak ada tenaga Bruder. Kini menjadi Rumah Sakit Umum. Dalam tahun ini di Desa Putera dibuka sekolah Guru B (SGB), kemudian pada tahun 1960 di ubah menjadi SMP. Menangani asrama untuk anak-anak SMP yang telah dimulai oleh Pater-Pater Fransiskan di Sukabumi.
Membuka Rumah Sakit
Tahun 1951, di Jakarta, Pangkalpinang dan Sungailiat mulai dibuka SMP, pada tahun ini juga di buka sekolah SMP Onanrunggu, dan tahun 1959 diserahkan kepada Suster Balige. Tahun 1953, membuka SMP di Pangururan, P.Samosir. Tahun 1960, di Pematang Siantar dimulai SMA, Disamping mengelola SMA ada Bruder yang mengajar di Seminri Menengah Pematang siantar dan tahun 1966, mulai Sekolah Grafika di Desa Putera.
Pembukaan beberapa sekolah
Tahun 1967, mulai SMA Budi Mulia Mangga Besar, kemudian disusul OTC (Office Training Center), untuk melatih remaja tamatan SMA agar dapat bekerja dikantor. Tahun 1969, mulai di Kabanjahe dengan membuka kursus pertanian & peternakan, serta penyuluhan petani di sekitarnya. Tahun 1970, Sekolah Grafika diganti dengan STM Grafika dan tahun 1971, mulai dengan Balai Pengobatan Melania Bruderan di Bogor.
Berganti ke STM dan pembuatan balai pengobatan
Tanggal 1 Desember 1976, membeli rumah biara dan karya sekolah (SMP) dari Bruder CSA, untuk pembinaan calon/novisial bersama dari Kongregasi Budi Mulia, MTB, BHK dan Bruder Karitas. Tanggal 1 Januari 1977, mulai membuka komunitas di Paroki Klepu, Yogyakarta, ditempat ini para Bruder membantu mengajar di SMP dan SPG milik Paroki, yang kemudian diambil alih oleh Yayasan Budi Mulia, karena perubahan program pemerintah terhadap SPG, SPG dialih fungsikan menjadi SMA, tetapi tahun 1994 ditutup karena tidak ada murid, sedang SMP masih berjala terus.
Membeli Rumah Biara
Tahun 1984, Yayasan Budi Mulia, membenahi diri dengan menambah AZAS, yaitu azas UUD’45 dan ajaran Katolik. Tanggal 1 Juli 1988, mulai membuka komunitas baru di desa Tumbajae, Kec. Manduamas, Kab. Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Karyanya sampai sekarang: Asrama Putera,SD, SLTP, dan SMU. Tanggal 18 Juli 1988, mulai membuka Komunitas di Jumapolo , Karanganyar, Solo dengan karya sosial: pengembangan CU (Credit Union) penyuluhan pertanian, peternakan dan katekese sekolah serta pembinaan iman umat.
Membuka Komunitas Baru
Tahun 1993, Peresmian Graphic Training Centre (GTC). Tanggal 8 September 1998, mengembangkan Karya kesehatan untuk masyarakat desa, di Desa Ciapus, Kec. Ciomas, Kab. Bogor.
Peresmian GTC dan Pengembangan Karya Kesehatan
Tanggal 22 Desember 2000, Komunitas Kabanjahe dan sengala kegiatannya ditutup dan diserahkan kepada Keuskupan Medan. Tanggal 4 Juli 2001, Yubilleum karya misi Kongregasi Bruder Budi Mulia dalam pendidikan khusunya di Bogor mencapai 75 tahun. Peringatan ini dirayakan juga oleh seluruh Provinsi Indonesia.
75 tahun Kongregasi Bruder Budi Mulia Bogor